Selasa, 17 Januari 2012

All My Heart - Part 1


CAST:
Kim Jong Woon a.k.a Yesung
Lee Sungmin a.k.a Sungmin
Readers a.k.a han Jiyoung
Sunny (SNSD) a.k.a Kim Soon Kyu


Part 1
Sungmin POV
Dia berdiri disana. Dengan wajahnya yang sangat cantik, rambut hitam panjangnya tergerai indah, dia tersenyum ke seluruh ruangan dengan mengenalkan dirinya ke semua orang. Dia murid baru di kelasku. Dia datang dari Busan dan pindah ke Seoul karena pekerjaan ayahnya. Namanya, Han Jiyoung. Akhirnya aku bertemu dengannya lagi. Sahabat lamaku dan juga cinta pertamaku.

----00----

“Kau merindukanku?” Ucapku padanya saat pulang sekolah tiba. Dia mencibir sambil membereskan buku-bukunya.
“bagaimana mungkin kau setega itu meninggalkanku sendirian berada di Busan?” Balasnya kemudian kami berjalan keluar dari kelas. Kami sudah bersahabat sejak dia pindah ke Busan. Dia datang dari Ilsan dan kemudian pindah ke Busan. Kurang lebih, kami berteman baik selama hampir empat tahun ini. Pekerjaan ayahnya menuntutnya untuk sering berpindah-pindah tempat. Dan syukurlah, sekarang ayahnya mengharuskannya berada di Seoul.
“Sudah ku duga kau merindukanku... Han Jiyoung, mana mungkin kau bisa hidup tanpa ku... Bahkan, saat aku pergi ke Seoul pun, setahun kemudian kau datang mengikutiku..”
“Apa maksudmu? Aku tidak mengikutimu.... Ini karena pekerjaan ayahku yang mengharuskan kami ikut pindah kesini...” Bantahnya. Aku tersenyum kecil mendengarnya. Ah, aku kurasa aku yang merindukannya. Aku benar-benar sangat bahagia ketika dia memberiku kabar akan segera pindah ke Seoul bersama ayahnya.
“Hei, ini hari pertamaku di Seoul. Apa kau tidak mau mengajakku berkeliling?” Tanyanya.
“Boleh. Akan kukenalkan kau dengan sahabatku. Kau akan menyukainya. Dia benar-benar orang yang menyenangkan...” Balasku dan kami mulai berjalan ke arah sebuah restauran yang terletak agak jauh dari sekolah. Aku mengajaknya masuk kemudian duduk di tempat kosong di sudut ruangan.
“Dimana temanmu?” Tanyanya lagi.
“Tunggu. Aku akan memanggilnya...” Ucapku dan memanggil salah satu pelayan restauran kemudian aku membisikkan sesuatu padanya. Pelayan tersebut mengangguk dan pergi. Tak lama, seorang pemuda dengan jas hitamnya datang mendatangi mejaku dengan tersenyum kemudian kami saling bersalaman.

Jiyoung POV

Seorang lelaki dengan jas hitam dan postur tubuh yang tegap datang dan berjabat tangan dengan Sungmin dengan sangat akrab. Dia sangat tampan dengan potongan rambut yang rapi dan berwarna hitam serta senyuman yang ia berikan memberikan kesan bahwa dia adalah orang yang ramah, terlebih penting lagi, aku mengenalnya. Aku sama sekali tak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang ini. Benarkah itu dia? Yesung Oppa? Teman dari Sungmin adalah Yesung Oppa? Bagaimana ini? Aku harus bersikap bagaimana? Aku tanpa sadar tersenyum. Bahagia? Entahlah, kurasa begitu. Aku bertemu lagi dengannya. Ini bukan suatu kebetulan bukan? Dia tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar sama sekali sejak kepergianku ke Busan.
“Kenalkan, ini temanku, datang dari Busan, dia baru saja pindah ke Seoul..” Ucap Sungmin mengenalkanku pada Yesung Oppa. Aku tersenyum ke arahnya. Aku benar-benar merindukannya. Untunglah, dia baik-baik saja. Kupikir, saat dia sama sekali tidak ada kabar sama sekali, terjadi sesuatu padanya.
“Hai, apa kabar? Aku Yesung...” Ucap Yesung Oppa dengan senyumnya dan tangan yang diulurkan padaku. Aku mengerutkan dahiku. Kenapa dia mengenalkan dirinya sendiri padaku? Kami sudah saling mengenal. Apa itu maksudnya agar kami berpura-pura untuk tidak saling mengenal? Tapi, untuk apa Oppa melakukan itu? Apa dia benar-benar akan berpura-pura tidak mengenalku? Seharusnya, dia berkata ‘Apa kabar Jiyoung? Sudah lama tidak bertemu’ dengan senyumnya itu. Tapi, kenapa Oppa justru mengucapkan kalimat lain? Namun kemudian aku membalas uluran tangannya.
“Hai, aku Jiyoung...” Balasku. Kurasa aku tidak tersenyum. Aku tidak menyangka akan begini jadinya.
“Duduklah. Akan kutraktir kalian makanan terbaik di Restauran ini...” Ucapnya lagi kemudian Oppa menyuruh salah satu pelayan untuk membawakan hidangan terbaik di restauran ini untuk kami.
“Ah, manager muda...” Balas Sungmin ke arah Yesung Oppa dengan bercanda. Manager? Oppa manager di Restauran ini?
“Dia ini, walaupun masih sekolah, dia adalah manager utama disini. Ayahnya adalah pemilik restauran ini... kau tahu, dia satu sekolah dengan kita dan dia tentu saja kakak kelas kita...” Ucap Sungmin seolah ia tahu apa yang sedang kupikirkan. Aku melihat ke arah Oppa yang baru saja ikut bergabung duduk bersama kami. Ia duduk di samping Sungmin, tepat di hadapanku. Dia bahkan sudah menjadi seorang yang sukses setelah kami tidak bertemu lama. Apa benar selama itu kami tidak bertemu? Aku sama sekali tidak tahu dia akan menjadi manager dengan usia semuda ini. Terlebih, saat aku bertemu dengannya lagi.
“Kau asli dari Busan?” Tanya Oppa padaku. Aku terkejut dengan pertanyaannya. Apa dia serius menanyakan hal itu? Seharusnya dia sudah tahu kalau asli dari Ilsan. Sama dengannya. Namun, dia benar-benar menungguku menjawab pertanyaannya.
“Uhm,, aku memang pindahan dari sana. Tapi, aku asli dari Ilsan...”Jawabku akhirnya. “Bagaimana denganmu?” Tanyaku. Entahlah, aku sendiri pun tak mengerti kenapa aku menanyakan hal tersebut.
“Aku asli berasal dari Seoul.” Jawabnya ramah dengan senyum khasnya yang selalu aku suka. Namun, aku terkejut dengan jawabannya. Seoul? Tapi dia seharusnya menjawab bahwa dia juga berasal dari Ilsan, bukan Seoul. Saat aku sedang sibuk memikirkan keanehan yang terjadi pada Yesung Oppa, hidangan datang ke meja kami. Eh? Makanan terbaik disini adalah udang? Tunggu dulu, aku alergi udang dan Oppa tahu itu. Tapi kenapa dia masih memesankannya untukku?
“Ah, Jiyoung alergi dengan udang. Bisa kau ganti menu milik Jiyoung?” Ucap Sungmin yang mengagetkanku. Kukira tadi yang berbicara adalah Yesung Oppa. Seorang pelayan mengambil makananku dan menggantinya dengan menu terbaik yang lain. Apa Oppa benar-benar telah melupakanku? Aku melihat Yesung Oppa mengobrol santai dengan Sungmin, terlihat sangat akrab. Seharusnya aku juga begitu dengan Oppa, karena akulah yang lebih dahulu mengenalnya. Tapi, situasinya sekarang justru aku yang terdiam melihat mereka. apa yang terjadi? Apa aku harus menanyakan pada Sungmin? Tapi, kurasa dia pun tidak akan mengetahui jawabannya.
“Jiyoung, ayo kita pulang.” Ajak Sungmin saat kami sudah menyelesaikan makanan. Aku mengangguk pelan kemudian berdiri diikuti kedua lelaki itu.
“Kami harus pulang. Kami akan datang lagi nanti...” Ucap Sungmin pada Yesung Oppa. Aku masih memandang Oppa dengan kebingungan. Dan dia juga melihatku, kemudian tersenyum ramah.
“Datanglah lagi kemari...”

----00----

“Apa kau mengenal baik dia?” tanyaku saat kami berjalan pulang. Sungmin mengantarku pulang terlebih dahulu.
“Siapa? Yesung Hyung? Uhm.. kurasa akulah satu-satunya teman yang dia punya selama aku berada di Seoul.” Jawabnya.
“Maksudmu?”
“Aku tidak pernah melihat dia berteman dengan siapa pun, untuk sekedar menghabiskan waktu bersama seorang teman pun tidak pernah, aku juga tidak pernah melihatnya pergi ke suatu tempat dengan seseorang. Dia terlihat pendiam dan sangat misterius saat aku pertama kali bertemu dengannya.”
“Tapi, bagaimana kau bisa berteman dengannya?”
“Orang-orang berpikir bahwa dia adalah orang yang jahat karena dia sama sekali tidak memiliki teman. Tapi, dia sebenarnya orang yang sangat baik. Saat itu aku sempat mengalami kecelakaan kecil, kau tahu aku memiliki penyakit asma. Dia yang membawaku ke Rumah Sakit saat asmaku mulai kambuh dan saat itu aku lupa membawa obatku. Dia yang justru membawaku dengan mobilnya saat orang lain hanya panik dan teriak melihatku mulai kehabisan nafas. Sejak saat itu kami berteman. Sangat baik malah.” Jawab Sungmin panjang. Aku tersenyum. Itulah Oppa. Dan ternyata dia tidak banyak berubah. Kurasa, hanya segala hal yang menyangkut tentang dirikulah yang ia sama sekali tidak sama dengan Oppa yang dulu. Tapi kenapa dia memilih untuk berpura-pura tidak mengenalku?
“Kita sudah sampai..” Ucap Sungmin membuyarkan lamunanku. Kami berdua berdiri tepat di depan rumahku.
“Kau mau masuk? Tapi, ayahku belum pulang dari kerja. Kau bisa menunggunya kalau kau mau.” Ajakku.
“Tidak usah. Aku akan datang lain kali untuk menyapa paman. Aku pergi dulu...” Ucapnya dan aku melihatnya pergi menjauh dari rumahku. Saat bayangannya sudah tak terlihat, aku berjalan kedalam, membuka gerbang.
“Apa kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu...” Ucap seseorang dibelakangku. Aku menoleh ke arah sumber suara. Aku membuka mataku lebar-lebar. Dia berdiri disana. Masih dengan jas yang ia kenakan tadi. Dia tersenyum kemudian berjalan kearahku. Dia memegang kepalaku dan merusak rambutku pelan. Yesung Oppa kali ini mengenaliku?
“Kenapa kau diam saja? Kau tidak merindukanku?” Tanyanya. Tanpa berpikir lagi, aku langsung memeluknya dan dia membalas pelukanku. Aku melepaskan pelukanku dan mulai bertanya.
“Kenapa kau bersikap seperti itu saat berada di restaurant?” Tanyaku. Dia terlihat panik sebentar dan kemudian menjawab pertanyaanku dengan sedikit.... gugup?
“Aku hanya ingin membuatmu bingung sedikit. Kau mudah sekali untuk dibohongi. Kau percaya aku akan melupakanmu?” Ucapnya. Leganya, kupikir dia benar-benar melupakanku.
“Kau mau masuk? Akan kubuatkan teh dan ramen kesukaanmu.” Ajakku dan dia mengangguk.

Author POV

Jiyoung meletakkan ramen dan teh buatannya di atas meja di depan Yesung. Ia kemudian duduk di depan Yesung.
“Bagaimana kabarmu?” Tanya Yesung pada Jiyoung.
“Kurasa, ini pindahan terakhirku. Jadi, kurasa aku akan menetap di Seoul..” Jawab Jiyoung. “Bagaimana denganmu? Apa yang terjadi? Bagaimana Oppa bisa berada di Seoul?”
“Tidak ada. Hanya saja, ayah hanya ingin mengembangkan usahanya. Ilsan adalah kota yang kecil, jadi kami memutuskan untuk pindah kemari..”
“Kenapa Oppa tidak pernah menghubungiku? Aku selalu berusaha menghubungimu tapi kau benar-benar susah untuk dihubungi. Aku menelpon Hp mu dan ternyata kau mengganti nomornya. Aku menelpon ke rumahmu, dan kau selalu tidak ada di rumah. Begitu juga dengan surat yang kukirim, kau tidak pernah membalasnya...”
“Maaf. Aku tidak bermaksud untuk tidak memberi kabar. Hanya saja aku terlalu sibuk. Ehm,, pelatihan sebelum akhirnya aku menjadi manager...” Ucap Yesung disertai dengan candanya.
“Dimana paman? Jam berapa dia akan pulang?” Tanya Yesung sambil masih dengan memakan ramen buatan Jiyoung.
“Kurasa ayah akan pulang sebentar lagi. Kenapa? apa kau sangat sibuk? Kau harus pulang sekarang?” Tanya Jiyoung. Yesung tertawa dengan ekspresi yang lucu karena makanan yang ada di mulutnya belum sepenuhnya ia telan. Jiyoung spontan ikut tersenyum melihat tingkahnya.
“Aku akan menunggu paman pulang. Setidaknya, aku harus menyapanya sebentar. Aku akan kembali ke Restauran setelah itu.” Jawabnya setelah berhasil menelan habis makanan yang ada di mulutnya kemudian ia segera meminum habis kuah ramennya.
“hahaha. Kau benar-benar makan dengan baik.” Ucap Jiyoung saat melihatnya menghabiskan kuah ramen dan mulai meminum tehnya. “Jika kau memang harus segera kembali ke Restauran, pulanglah. Akan kusampaikan salammu untuk ayah..” lanjut Jiyoung. Yesung meletakkan gelas teh setelah ia selesai meminumnya.
“Benarkah tidak apa-apa jika aku pulang sekarang?” Tanya Yesung lagi meyakinkan Jiyoung. Jiyoung mengangguk membenarkan.
“Baiklah. Aku akan pulang. Aku akan kembali kemari jika aku punya waktu luang..” Ucap Yesung dengan tersenyum. Jiyoung mengantarnya keluar rumah. Sebelum ia pergi, Yesung menatap Jiyoung masih dengan senyumnya.
“Sampaikan salamku untuk paman. Katakan padanya aku sangat merindukannya..” Ucap Yesung dan Jiyoung mengangguk dengan membalas senyumnya. Yesung mengangkat tangannya dan mengusap kepala Jiyoung sehingga membuat rambut panjangnya berantakan.
“Aku pergi..”

Yesung POV

            Aku pergi dari rumahnya. Ah, ternyata aku sangat merindukannya. Sudah lama sekali sejak aku terakhir bertemu dengannya. Aku tersenyum sebentar ke arahnya sebelum akhirnya memutuskan untuk membelai rambutnya kemudian melangkah pergi. Aku memarkir mobilku di depan gang rumahnya, sehingga aku harus berjalan sebentar untuk masuk ke dalam mobil.
“Kenapa kau melarangku memberitahunya?” Tanya Sungmin yang duduk di kursi depan mobil sedangkan aku baru saja masuk mobil dan duduk di kursi kemudi sedang memakai sabuk pengamanku.
“Aku hanya tidak mau hari pertamanya bertemu denganku dia harus mengetahui penyakitku. Aku tidak mau dia terlalu mengkhawatirkanku..”
“Kau tahu kalau aku menyukainya kan?”
“Tentu saja, itu kenapa aku mempercayakan dia padamu.. Tidak ada orang lain yang bisa kupercaya untuk menjaganya selain dirimu...”
“Kenapa aku justru kesal mendengar kalimatmu. Jangan bicara seolah kau akan pergi selamanya...”
“Itu tentu dengan pasti akan terjadi, hanya saja tidak sekarang..” Ucapku dan mulai menyetir mobil.
“Entahlah, kurasa ini tidak adil..” Ucap Sungmin tiba-tiba.
“Apa maksudmu?” Tanyaku tak mengerti.
“Hyung, aku ingin sekali kita bersaing dengan adil. Tapi, jika situasinya begini, rasanya justru aku lah orang yang kalah meskipun jika nanti pada akhirnya aku yang akan mendapatkan Jiyoung..”
“Hei, apa maksudmu? Kau pikir kau itu siapa, seenaknya saja berkata sembarangan. Kau dengan percaya diri bilang bahwa Jiyoung akan memilihmu, dia belum tentu menyukaimu...” Ucapku menjawabnya dengan sedikit candaan.
“Oke, ayo kita bertaruh. Jika dia pada akhirnya akan menjadi kekasihku, maka Hyung harus... Harus membiayai pernikahan kami...?”
“oke. Aku sama tidak takut. Tapi, bagaimana jika ternyata dia mencintaiku?” tanyaku menggodanya.
“Aku... Kurasa lebih baik aku akan berpura-pura tidak mengenal kalian...”
“Ah, kau apa-apaan. Kau juga harus membiayai pernikahan kami..” ucapku kemudian tertawa dan Sungmin pun ikut tertawa bersamaku.
“Tadi, saat aku mengantarnya pulang, dia menanyakanmu..”
“Siapa? Jiyoung?” Tanyaku meyakinkan.
“Iya. Dia sepertinya sangat bingung denganmu yang sama sekali tidak mengingatnya saat berada di Restoran tadi..”
“Setidaknya, untuk saat ini aku bisa mengelabuinya dengan berkata bahwa tadi sikapku memang sengaja untuk membuatnya bingung... Aku akan mengatakan yang sebenarnya saat memang tepat waktunya.”
“tapi, kurasa ini tidak adil untuknya..”
“Aku tahu. Tapi ini tak mudah untukku juga..”

----00----

Aku merebahkan badanku di atas kasurku. Seperti biasa, keadaan rumah sudah lengkap dengan seluruh anggota keluarga. Ada ayah, ibu dan adik perempuanku. Hari ini terasa berbeda, memang benar badanku kelelahan, hanya saja hari ini pikiranku bertamabah satu dari hari-hari biasaku. Jiyoung, bagaimana dia bisa berubah menjadi begitu cantik. Ah, bodohnya aku, dia memang cantik dari dulu, namun, sekarang dia terlihat benar-benar seorang wanita. Jiyoung sudah dewasa. Tiba-tiba saja hujan turun, tidak deras memang, namun anginnya benar-benar kencang. Kutarik badanku untuk berdiri dan aku berjalan keluar kamar membuka pintu teras kamarku kemudian merasakan angin yang begitu dingin menusuk tulangku. Aku hanya lebih mendekap tubuhku sendiri dan tetap berjalan keluar kamar dan berdiri di ujung beranda kamar. Setahuku jiyoung benar-benar membenci hujan dan sangat menyukai salju. Aku tersenyum mengingat bagaimana ekspresi kesal Jiyoung setiap hujan turun dan ekspresi takutnya saat ada petir menyambar dan bagaimana senangnya dia saat menyambut hari pertama salju turun. Biasanya, dia akan langsung lari ke rumahku dan mengajakku untuk menikmati hujan salju di luar rumah.
Tok...Tok...Tok...
Aku spontan menoleh ke arah pintu kamar dan berjalan ke arahnya kemudian membukakan pintu kamarku yang memang sengaja terkunci.
“Soon Kyu? Ada apa?” Tanyaku saat melihat adik perempuanku berdiri di depan pintu.
“Makan malam sudah siap... Oppa tidak biasa pulang sebelum makan malam. Apa tidak apa-apa meninggalkan restoran?” Tanyanya.
“Aku sengaja memulangkan timku lebih awal. Mereka juga berhak istirahat lebih dari biasanya..” Jawabku menanggapinya. “Aku sedang tidak ingin makan malam hari ini. Aku benar-benar lelah dan ingin segera tidur...”
“Baiklah. Kami makan malam dulu...” Ucapnya dan hanya kubalas dengan senyumku kemudia setelah memastikan dia benar-benar sudah hilang dari pandanganku, aku kembali menutup pintu dan menguncinya.
Aku menyalakan Hp ku sebentar. Hari ini aku sengaja mematikan Hp karena hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku benar-benar membenci hari ulang tahunku sendiri sejak aku mendapatkan penyakit yang entah darimana bisa bersarang di tubuhku. Karena saat aku divonis mengidapnya, saat aku bahkan tepat sedang berganti umur. Sesuai dugaanku, banyak pesan masuk memberikan ucapan. Tanpa membaca pesan-pesan tersebut, aku langsung menghapusnya. Menghapus semua pesan-pesan itu.

to be continued--


gimana?
sebenernya aku masih agak kurang PD buat publish FF lagi
tapi, karena aku udah janji ke beberapa orang, jadi sesuai janjiku, aku keluarin FF kdeuaku
plis bgt, tlg di komen ya :)
jujur aja komennya silakan :)
gomawoyo mau nyempetin baca :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar